Total Tayangan Halaman

Rabu, 17 Februari 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar ini kita akan mengkaji pengertian disiplin kelas, mengapa disiplin kelas itu penting, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi disiplin kelas. Kita diharapkan terlibat aktif dalam pembahasan, baik dalam mengkaji ilustrasi, mencari contoh, maupun membandingkan contoh dan ilustrasi. Dengan cara ini kita akan mampu menjelaskan pengertian disiplin dan disiplin kelas secara mantap, menjelaskan pentingnya disiplin kelas, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas.

B. Kajian Materi
Apa yang dimaksud dengan disiplin dan disiplin kelas.


BAB II
DISIPLIN KELAS


A. Disiplin
Disiplin adalah ketaatan terhadap aturan. Berkaitan dengan disiplin, pemerintah telah mencanangkan Gerakan Disiplin Nasional (GDN). Apa artinya itu? Pemerintah berupaya meningkatkan ketaatan masyarakat terhadap aturan yang ada dalam segala bidang. Disiplin dalam berlalu lintas, menunggu giliran, membayar pajak, membuang sampah, bekerja, dan sebagainya.

B. Disiplin Kelas
Pengertian disiplin kelas telah banyak diungkapkan oleh para pakar. Turney dan Cairs (1980) mengkaji ulang definisi disiplin kelas yang berasal dari para pakar. Dalam kajian tersebut antara lain diungkapkan definisi disiplin yang bervariasi sebagai berikut.
Pertama, disiplin diartikan tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok. Berkaitan dengan definisi ini, kita dapat mengatakan bahwa ilstrasi pertama di atas menggambarkan disiplin kelas yang tinggi, sedangkan ilustrasi yang kedua menggambarkan disiplin kelas yang rendah.
Kedua, disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru untuk membangun atau memelihara keteraturan di dalam kelas. Ketiga, ada pakar yang menyamakan kata disiplin dengan hukuman.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimak bahwa disiplin kelas dilandasi oleh adanya hubungan guru-siswa dalam kelas. Hal ini juga tercermin dalam pengertian disiplin yang disepakati oleh beberapa pakar, yang mendefinisikan disiplin sebagai bagian pengelolaan kelas yang terutama berurusan dengan penanganan perilaku yang menyimpang (Kohn, 1996).
Agar kita mempunyai pemahaman yang sama terhadap istilah disiplin kelas, maka dalam uraian selanjutnya disiplin kelas kita artikan sebagai tingkat keteraturan, yang terjadi di dalam kelas, atau tingkat ketaatan siswa terhadap aturan kelas.

C. Mengapa Disiplin Kelas Itu Perlu
Mengapa kita perlu mengajarkan, menanamkan, atau meningkatkan disiplin kelas? Mengapa kita tidak hanya mengajar saja dan tidak usah peduli pada disiplin? Untuk menjawab semua ini, kita dapat mengingat-ingat kembali situasi kelas ketika pelajaran sedang berlangsung. Dalam situasi yang bagaimana pelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi siswa? Dan dalam situasi yang bagaimana pula Anda merasa pelajaran itu sangan membosankan, sehingga membuat Anda ingin cepat-cepat mengakhirinya.
Disiplin perlu diajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh siswa, agar siswa mampu mendisiplinkan diri sendiri. Inilah yang merupakan tujuan utama penanaman disiplin. Siswa mampu mengendalikan diri sendiri, tanpa perlu dikontrol oleh guru (Winzer, 1992).
Disiplin, sebagaimana diakui oleh para pakar sejak dahulu, merupakan tidak pusat berputarnya kehidupan sekolah (Turney & Cairns, 1980). Keberhasilan dan kegagalan sekolah tergantung dari tingkat ketercapaian dalam menerapkan disiplin yang sempurna.
Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas, lebih-lebih jika ketaatan tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksakan, akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang kondusif, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa terpacu untuk belajar.
Sebaliknya, tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan kelas akan membuat iklim belajar yang tidak kondusif, tidak menyenangkan. Guru akan lebih banyak berurusan dengan perilaku siswa yang menyimpang, sehingga pelajaran terbengkalai.
Jumlah siswa dalam satu kelas, lebih-lebih di negeri kita cukup banyak. Di kota-kota besar satu kelas bisa terdiri dari 40 – 50 orang siswa. Kelas yang besar ini, jika tidak diikat oleh aturan yang ditaati bersama akan dapat menimbulkan kekacauan.
Kebiasaan untuk menaati aturan dalam kelas akan memberi dampak lebih lanjut bagi kehidupan siswa di dalam masyarakat. Siswa yang terbiasa menaati aturan di dalam kelas, akan terdorong pula menaati aturan yang ada dalam masyarakat.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kelas
Faktor Fisik
Karena disiplin kelas dilandasi oleh adanya interaksi guru-siswa dalam konteks (hubungan) kelas, maka faktor fisik yang mempengaruhi disiplin kelas juga mencakup guru, siswa dan ruang kelas.

Faktor Sosial
Hubungan antara guru-siswa dan tentunya siswa dengan siswa terjadi dalam kelas. Kualitas interaksi sosial ini, yaitu kualitas hubungan guru-siswa-siswa juga dapat mempengaruhi disiplin kelas. Hubungan yang akrab dan sehat, saling mempercayai akan mampu meningkatkan disiplin kelas.

Faktor Psikologis
Faktor fsikologis atau kejiwaan juga dianggap sangat berpengaruh pada tingkat kedisiplinan siswa. Faktor fsikologis mencakup antara lain perasaan (sedih, senang, marah, bosan, benci, dan sebagainya), kebutuhan seperti keinginan untuk dihargai, diakui, disayangi serta kecerdasan.


Selasa, 09 Februari 2010

NARKOBA

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.
1.2. Apa itu Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari 'Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif'.
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar batas dosis.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari 'Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif'.Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar batas dosis.
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Dampak dari Narkoba
2.1.1. Narkotika
Narkotika ialah suatu obat yang merusak pikiran menghilangkan rasa sakit, menolong untuk dapat tidur dan dapat menimbulkan kecanduan dalam berbagai tingkat. Narkotika merupakan salah satu obat yang dibutuhkan kesehatan untuk pengobatan suatu penyakit, tetapi kadang menyebabkan efek samping misalnya kecanduan, kerusakan organ tubuh, bahkan kematian. Menurut Farmakologi, narkoba termasuk zat atau obat yang bekerja disusunan saraf.
Adapun jenis-jenis narkotika adalah sebagai berikut :
1. Ganja
Di masyarakat ganja sering dikenal dengan kata Cimeng, Hashish, Marijuana, Marihuana, Grass, Rumput. Ganja yang dikonsumsi dapat berbentuk minyak (cannabis), balok (hanshis), atau hasil pengeringan (marijuana), dan juga dapat dikonsumsi dengan cara dimakan seperti campuran ke dalam masakan atau di hisap bersama tembakau sebagai asap rokok. Ganja yang dikonsumsi diperoleh dari tanaman Canabis Sativa atau Cannabis Indica dan hidupnya di daerah tropis dan beriklim sedang serta ganja mengandung Terahydrocannabinoc (THC), gejala dari pemakai ganja tersebut akan perasaan gembira, peningkatan rasa percaya diri, perasaan santai dan merasa sejahtera.
Efek psikologis pada pemakaian ganja yang kronis akan mengakibatkan:
  • Sindrom amotivasional
  • Pengguna jadi tidak memikirkan masa depan
  • Kehilangan semangat untuk bersaing
  • Kemampuan baca, menghitung dan berbicara jadi berkurang
  • Perkembangan kemampuan dan keterampilan sosialnya terhambat
  • Tidak bereaksi jika dipanggil
  • Percaya pada hal-hal yang berbau mistik
Efek Ganja :
  • Mabuk
  • Mata merah
  • Midriasis
  • Ganggunan fungsi paru-paru, jantung, otak, sumsu tulang, organ reproduksi
1. Opioda
Segolongan adalah segolongan zat, baik yang alamiah, semi sintetik, sintetik khasiat pengobatan sebagai analgetik. Opioda terbagi dalam 3 golongan:
- Opioda Alamiah Contohnya : Opium, Morfin, Kokain, tebain
- Opioda Semisintetik Contohnya: Heroin dan Hirommorfon
- Opioda Sintetik Contohnya : Meperidin, Profoksifen, Levervonal, Levaloffan.